Sholatlah Dengan Khusu’ Dan Jangan Tergesa-Gesa

Sholatlah khusu’, dengan bacaan yang benar dan jangan tergesa-gesa (Doc/S1001/S1002)

 

Indonesiainteraktif.com, Bengkulu - Dalam suatu diskusi disuatu group whatsapp di Bengkulu, Minggu Malam (20/2/2022), terjadi diskusi berkenaan ada sekelompok orang yang beribadah sholat dengan tergesa-gesa sehingga bacaan yang di baca tidak terjaga tajwidnya, tidak dibaca dengan tartil sehingga ibadah sholat yang dilakukan terkesan tidak bersungguh-sungguh.

Bacaan Alquran dalam sholat harus jelas panjang-pendeknya, bunyi huruf, kapan harus berhenti, dan kapan harus dibaca menyambung sesuai dengan ilmu tajwid. Sebab, salah membaca panjang-pendeknya surah Alquran dalam sholat, dapat mengubah arti dari bacaan tersebut. Oleh sebab itu, usahakan untuk memelihara tajwid saat membaca ayat Alqur’an dalam sholat.

Membaca ayat Alquran dalam sholat haruslah dengan tartil. Yakni membaca dengan perlahan, sehingga terdengar jelas tajwid dan makhraj-nya. Jangan terburu-buru saat membaca Alquran. Resapi dan baca secara perlahan agar kita dapat mendapatkan ketenangan saat membacanya.

Saat membaca surah Alquran dalam sholat hendaknya dilakukan secara bersungguh-sungguh. Artinya, saat membaca surah dalam Alquran kita harus fokus saat membacanya sambil memerhatikan bacaannya. Oleh karena itu, saat membaca surah Alquran dalam sholat haruslah khusu’.

Suatu hari, saat Rasulullah SAW shalat, beliau mendengar suara gaduh di belakang. Seusai shalat Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, apa gerangan yang telah terjadi, sehingga terdengar suara gaduh pada saat shalat? Para sahabat menjawab: “Kami tergesa-gesa mendatangi shalat”. Rasulullah SAW kemudian bersabda: ”Jika kalian mendatangi shalat hendaklah kalian (berjalan dengan) tenang. Ikutilah raka’at yang dapat kalian ikuti dan sempurnakanlah raka’at yang tertinggal.” (HR Bukhari Muslim).

Tergesa-gesa adalah kondisi psikogis seseorang yang secara emosional ingin cepat-cepat melakukan sesuatu, kosong dari pertimbangan fikiran. Karena tanpa pertimbangan terlebih dahulu, maka aktivitas yang dilakukannya juga tidak produktif.

Apa yang terjadi dengan beberapa sahabat Rasulullah SAW seperti dalam kisah di atas juga menggambarkan, bahwa bila shalat dilakukan dengan tidak tenang dan terburu-buru akan merefleksikan shalat yang tidak khusyu’. Shalat tidak khusyu’ tentunya bukanlah shalat yang produktif, karena tidak menghasilkan pahala, kecuali hanya capek semata.

Yang dimaksud tergesa-gesa dalam hadis tersebut di atas adalah tergesa-gesa mendatangi shalat, bukan bersegera mendirikan shalat. Bersegera mendatangi shalat justru dianjurkan karena shalat yang utama adalah “al-shalat ‘alaa waqtiha” (shalat pada (awal) waktunya). Yang dimaksud bersegera mendirikan shalat adalah, ketika mendengar adzan, segala aktivitas ditinggalkan dan tanpa menunda-nunda segera mendatangi masjid. Berbeda dengan tergesa-gesa seperti tersebut dalam hadis tersebut di atas, tergesa-gesa di sini maksudnya, ketika mendatangi tempat shalat, ia berjalan terburu-buru dengan kondisi emosionalnya bergolak. Maka yang shahih adalah, ketika mendengar adzan segeralah tinggalkan aktivitas, ambil air wudlu berjalanlah ke tempat shalat dengan tenang jangan berlari-lari, menata hati karena akan bertemu dangan Allah.

Larangan tergesa-gesa ini merupakan aturan Islam yang mengandung nilai-nilai luar biasa. Orang tergesa-gesa biasanya tidak bisa mengontrol emosi dan pikirannya. Bahkan terkadang pikiran itu kosong dan emosinya dibiarkan mengeplong. Jika pikiran dan hati kosong, maka itu akan menjadi tempat kesukaan syaitan.

“Ketenangan itu dari Allah dan tergesa-gesa itu dari syaitan” (HR. Turmudzi dalam Sunan Turmudzi Bab Maa Jaa fii al-Ta’anni wa al-’Ajalah hadis no. 1935 juga terdapat dalam al-Muntaqa syarh Muwattha’ Malik).

Imam al-Manawiy dalam Syarh al-Jami’ al-Shaghir menjelaskan, bahwa tergesa-gesa dilarang karena hal itu akan mendatangkan was-was. Ketergesa-gesahan menghalangi keteguhan dan pemikiran matang. Al-Manawiy menambahkan bahwa tergesa-gesa itu sebenarnya adalah trik syaitan untuk menggoda manusia agar menjadi orang yang ragu dan kosong pikirannya. Imam Hasan al-Bashri mengatakan: ”Setiap shalat yang hatinya tidak hudlur maka shalat itu lebih cepat mengundang siksa”. Ketergesa-gesahan inilah yang menyebabkan hati tidak bisa hudlur. Amru bin ‘Ash mengatakan tergesa-gesa yang dilarang adalah terburu-beru pada sesuatu selain keta’atan tanpa ada rasa khouf pada Allah.

Agar shalat bisa khusyuk dan khudlu’, al-Sayyid Abu Bakar al-Makki memberi tips, jika Anda hendak shalat, maka jangan lupa bahwa Allah melihat kepada hatimau, mengamati kamu dan sesungguhnya Dia hadir untuk menyaksikan kamu.

Imam Abdullah al-Haddad menambahkan, jika engkau tidak bisa khusyu’ maka buatlah suasana dirimu dalam shalat, seolah-olah engkau shalat pada saat itu untuk terakhir kalinya, di belakangmu sudah menuggu malaikat maut yang akan menjemputmu menuju kehadirat-Nya.

Suasana diri dan hati inilah yang barangkali dimiliki para sahabat, sehingga mereka ketika shalat begitu tenangnya berdiri sehingga kepalanya dihinggapi burung, dianggapnya sebuah tiang karena begitu tenangnya.

Sayyidina Ali r.a lebih luar biasa, pernah suatu kali, kaki beliau terkena panah ketika perang. Ali menyuruh para sahabat mencabut panahnya saat dia shalat, agar kata, Sayyidina Ali, tidak merasa sakit. Begitu nikmatnya para salaf shalih kita berdekatan dan berkomunikasi dengan Allah sehingga anak panah yang dicabut dari tubuhnya pun tak terasa. Inilah hikmah jika kita tidak terburu-buru melakukan ibadah.

Di antara hikmahnya juga adalah membentuk karakter mukmin yang bijaksana. Hadis-hadis dan petuah para salah shalih kita di atas secara lebih luas dapat dipahami sebagai pendidikan karakter untuk menjadi insan yang bijaksana (wisdom). Orang yang tidak bijaksana biasanya gagal mempertimbangkan hal-hal terselubung ini dan abai mempertimbangkan pro-kontra sebelum membuat keputusan atau mewujudkan suatu gagasan. Keteledoran sering mendatangkan akibat yang tidak diharapkan dan tak terduga.

Dengan memegangi prinsip Amru bin ‘Ash seperti di atas, kita bisa menyimpulkan berarti ada ketergesa yang positif. Tentunya tergesa-gesa yang positif ini bukan berarti tanpa pikiran matang dan terkesan emosional. Jika ada embel-embel positif berarti makna itu sebenarnya sama dengan bersegera.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tergesa-gesa itu sifat tercela kecuali pada lima tempat. “Tergesa-gesa itu berasal dari syaitan, kecuali pada lima tempat, karena sesungguhnya tergesa-gesa dalam hal itu termasuk sunnah Rasulullah SAW. yaitu: Memberi makan kepada tamu, jika menginap. Mengurus jenazah orang yang sudah meninggal. Mengawinkan anak perempuan jika sudah baligh. Membayar hutang jika telah jatuh tempo pembayarannya. Dan bertaubat dari dosa jika terlanjur mengerjakannya.” Ketergesa-gesahan dalam lima perkara ini sebenarnya bukanlah ketergesa-gesahan, akan tetapi pensegerahan untuk cepat dilakukan dengan pemikiran yang jernih dan matang terlebih dahulu.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa.” (HR. Bukhari). Orang sabar dicintai Allah, orang yang tenang akan disayang Allah! Hiasilah jiwa denang sabar, tutupi jasadmu dengan takwa. Insya Allah kamu akan dekat dengan Nabi Muhammad sehingga dengan mudah menggapai cinta dan Ridla Allah Ta’ala. Wallahu a’lam bisshowab. (S1002)