Hiperaktivitas pada Anak: Antara Normal dan Gangguan Medis

Attention Deficit/Hiperactivity Disorder

 

         Attention Deficit/Hiperactivity Disorder

 

Indonesiainteraktif.com, Bengkulu -- Banyak orang tua merasa kewalahan ketika mendapati anak mereka tampak tidak bisa diam, selalu ingin bergerak, dan sulit berkonsentrasi. Dalam banyak kasus, perilaku ini dianggap sebagai bagian dari tumbuh kembang anak yang aktif. Namun, penting untuk diketahui bahwa hiperaktivitas tidak selalu merupakan hal yang normal. Dalam beberapa situasi, hal ini bisa menjadi gejala dari kondisi medis tertentu seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

 

Apa Itu Hiperaktivitas?

Hiperaktivitas adalah kondisi di mana seseorang, khususnya anak-anak, menunjukkan perilaku yang sangat aktif secara berlebihan. Anak hiperaktif sering kali tampak gelisah, tidak bisa diam, berbicara terus-menerus, sulit menunggu giliran, atau bertindak sebelum berpikir.

Tidak semua anak yang terlihat aktif adalah anak hiperaktif. Aktivitas tinggi pada anak adalah hal yang normal, terutama di usia balita hingga usia sekolah dasar. Anak-anak pada usia ini memang memiliki energi besar dan rasa ingin tahu yang tinggi.

 

Perbedaan Anak Aktif dan Anak Hiperaktif

Untuk membedakan apakah seorang anak hanya aktif atau sudah menunjukkan gejala hiperaktivitas yang tidak wajar, berikut beberapa indikator penting:

 

1. Konsistensi Perilaku

Anak hiperaktif menunjukkan gejala secara konsisten, tidak hanya sesekali. Perilaku gelisah, sulit fokus, atau bertindak impulsif terjadi hampir setiap hari dan di berbagai situasi.

2. Kesulitan Fokus dan Konsentrasi

Anak dengan hiperaktivitas biasanya kesulitan menyelesaikan tugas, mudah teralihkan perhatiannya, dan cepat bosan.

3. Gangguan dalam Fungsi Sosial dan Akademik

Perilaku hiperaktif dapat menyebabkan masalah di sekolah, seperti kesulitan mengikuti pelajaran atau membuat konflik dengan teman. Anak juga bisa kesulitan berinteraksi secara sosial karena impulsivitasnya.

4. Tidak Bisa Mengontrol Diri

Anak dengan hiperaktivitas sering kali bertindak tanpa berpikir, berbicara di luar konteks, atau memotong pembicaraan orang lain tanpa menyadari dampaknya.

 

ADHD: Salah Satu Penyebab Utama Hiperaktivitas

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang ditandai oleh kesulitan dalam memusatkan perhatian (inattention), hiperaktivitas, dan perilaku impulsif. ADHD biasanya mulai terdeteksi sejak usia dini dan dapat bertahan hingga dewasa jika tidak ditangani.

 

Terdapat tiga tipe utama ADHD:

 

Tipe Tidak Bisa Fokus (Inattentive Type): Anak sulit fokus, pelupa, dan tidak memperhatikan detail.

Tipe Hiperaktif-Impulsif (Hyperactive-Impulsive Type): Anak sangat aktif, tidak bisa diam, dan bertindak impulsif.

Tipe Kombinasi (Combined Type): Menggabungkan gejala dari dua tipe di atas.

 

Penyebab Lain Hiperaktivitas

Selain ADHD, hiperaktivitas juga dapat disebabkan oleh faktor medis atau psikologis lainnya, seperti:

Gangguan tiroid (hipertiroidisme): Produksi hormon tiroid berlebih dapat menyebabkan anak menjadi gelisah dan tidak bisa diam.

Gangguan kecemasan atau trauma: Anak yang mengalami tekanan psikologis atau trauma bisa menunjukkan gejala seperti kegelisahan dan hiperaktif.

Gangguan tidur: Kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk bisa membuat anak terlihat lebih aktif dan mudah tersulut emosi.

Kapan Harus Membawa Anak ke Profesional?

Jika orang tua atau guru mulai mencurigai bahwa perilaku anak sudah tidak wajar dan mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk segera berkonsultasi dengan psikolog anak atau psikiater anak. Penilaian profesional dibutuhkan untuk memastikan apakah anak hanya aktif, atau memiliki kondisi medis seperti ADHD.

 

Diagnosis biasanya melibatkan:

• Wawancara dengan orang tua dan guru

• Pengamatan perilaku anak dalam berbagai situasi

• Pengisian kuesioner atau skala penilaian perilaku

• Pemeriksaan medis jika diperlukan

 

Penanganan dan Terapi

Jika anak didiagnosis memiliki ADHD atau gangguan lain yang menyebabkan hiperaktivitas, penanganannya bisa mencakup:

Terapi perilaku: Membantu anak mengatur emosi, perilaku, dan belajar keterampilan sosial.

Obat-obatan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat untuk membantu mengendalikan gejala.

Dukungan di sekolah dan rumah: Pendekatan kolaboratif antara orang tua, guru, dan tenaga medis penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung anak.

 

Kesimpulan : 

Hiperaktivitas pada anak bukan sekadar soal energi berlebih. Dalam banyak kasus, ini bisa menjadi gejala awal dari kondisi medis seperti ADHD atau gangguan lainnya. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memperhatikan tanda-tandanya secara cermat dan tidak langsung memberi label “nakal” atau “tidak bisa diam”. Penanganan yang tepat dan dukungan sejak dini akan sangat membantu anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara akademik maupun sosial.

 

Ditulis Oleh :

Dr. Ir. H. Herawansyah, S.Ars., M.Sc., MT., IAI.

 

Editor :

Adv. Rindu Gita Tanzia Pinem, S.H., M.H., CPM, CPA.